Perubahan Paradigma-Stimulus Respon lawan Teori Kontrol
Perubahan Paradigma-Stimulus Respon
lawan Teori Kontrol
Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu
menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu
berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung
jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin
yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita. Pembahasan disiplin kali
ini akan meninjau teori yang dikemukakan oleh Diane Gossen. Sebelum kita gali
lebih lanjut tentang teori Disiplin Restitusi dari Diane Gossen, mari
menyamakan model berpikir kita tentang disiplin itu sendiri. Lazimnya disiplin
dikaitkan dengan kontrol. Dalam hal ini kontrol guru dalam menghadapi murid.
Di
bawah ini adalah paparan Dr. William Glasser dalam Control Theory, untuk
meluruskan berapa miskonsepsi tentang kontrol:
·
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada
dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat sesuatu jikalau murid
tersebut memilih untuk tidak melakukannya. Walaupun tampaknya kita sedang
mengontrol perilaku murid tersebut, hal ini karena murid tersebut sedang
mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol guru menjadi kebutuhan
dasar yang dipilih murid tersebut. Teori Kontrol menyatakan bahwa semua
perilaku memiliki tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai
·
Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif
dan bermanfaat.
Penguatan
positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol. Segala usaha untuk
mempengaruhi murid agar mengulangi suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha
untuk mengontrol murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan murid
tersebut akan menyadarinya dan mencoba untuk menolak bujukan kita, atau bisa
jadi murid tersebut menjadi tergantung pada pendapat sang guru untuk
berusaha.
·
Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa
bersalah dapat menguatkan karakter.
Menggunakan
kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol murid menuju pada identitas gagal.
Mereka belajar untuk merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan
dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk mengidentifikasi
bahwa mereka melakukan perilaku ini, karena seringkali guru cukup menggunakan
suara halus untuk menyampaikan pesan negatif.
·
Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk
memaksa.
Banyak
orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk membuat
murid-murid berbuat hal-hal tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima,
selama ada sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja. Pada saat itu
pula, orang dewasa akan menyadari bahwa perilaku memaksa tidak akan efektif
untuk jangka waktu panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.
Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma
Stimulus-Respon kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-Centered
Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan,
sedikit-sedikit, ubahlah sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin
memperbaiki cara-cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita.
Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir tentang manusia,
ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan penjelasan aspek-aspek tertentu
tentang realitas”.
Comments
Post a Comment